IN HOUSE TRAINING (IHT) IMPLEMENTASI LITERASI NUMERASI DALAM PEMBELAJARAN DI KELAS

SMA Negeri 2 Ungaran kembali menyelenggarakan In House Training (IHT) sebagai upaya pelatihan untuk meningkatkan kompetensi Pendidik dan Tenaga Pendidik di sekolah. Tema IHT kali ini adalah Implementasi Literasi Numerasi dalam Pembelajaran di Kelas, dengan fokus pada konsep Sekolah Ramah Anak dan Sekolah Siaga Kependudukan. Kegiatan ini dianggap penting sebagai bagian dari pendidikan berkelanjutan untuk pendidik dan tenaga kependidikan.

Pada tanggal 23 Februari 2024, kegiatan IHT di Aula MGMP SMA N 2 Ungaran dihadiri oleh Ibu Xyl Wulaningsih sebagai ketua pelaksana, Ibu Eny Sofiana, S.S., M.Si. sebagai wakil ketua bidang pengembangan sekolah, dan Bapak Kristiono S.Kom sebagai narasumber yang merupakan Penata KKB/Ahli Madya. Acara ini turut diikuti oleh sejumlah guru dan siswa-siswi SMA N 2 Ungaran.

Acara dimulai dengan kata pembukaan dari moderator, diikuti dengan doa yang dipimpin oleh Bapak Haekal Mubarak. Sambutan selanjutnya diberikan oleh Kepala Sekolah, yaitu Bapak Muhammad Sahli S.Pd. Dalam sambutannya, beliau menekankan pentingnya guru membawa dunianya ke dalam pemahaman anak dan sebaliknya, serta betapa pentingnya peran guru dalam pendidikan anak. Bapak Muhammad Sahli juga menyoroti perlunya keseimbangan kependudukan melalui program Siaga Kependudukan, serta mendorong terus dilakukannya literasi untuk kemajuan bersama.Top of Form

Acara kemudian dilanjutkan dengan penyampaian materi oleh Bapak Kristiono S.Pd. Beberapa poin yang dibahas oleh beliau termasuk Sekolah Siaga Kependudukan (SSK). SSK dijelaskan sebagai implementasi operasional pengendalian kependudukan dan keluarga berencana dengan mengintegrasikan program-program pendidikan yang dikelola oleh penyelenggara pendidikan. Melalui pemberdayaan sekolah, SSK bertujuan memberikan kemudahan akses kepada anak didik untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan khusus di bidang kependudukan, keluarga berencana, pendidikan, dan program sektor lainnya.

Penjelasan beliau menyoroti pelaksanaan Sekolah Siaga Kependudukan (SSK) yang dimulai dengan mengintegrasikan pendidikan kependudukan dan Keluarga Berencana ke mata pelajaran yang relevan seperti Geografi, Sosiologi, Ekonomi, Biologi, Bahasa Indonesia, dan lainnya. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa dirancang sedemikian rupa untuk mendorong keterlibatan siswa dalam pembelajaran, membutuhkan empati dari para guru untuk lebih memahami siswa, dan dengan demikian, meningkatkan semangat belajar mereka. Narasumber juga menyampaikan beberapa metode pengendalian anak sebagai berikut:

  • Hindari pembatasan yang berlebihan terhadap anak dalam berinteraksi dengan lawan jenis, tetapi tetap berlakukan batasan yang sewajarnya untuk mencegah kemungkinan yang tidak diinginkan, seperti ketertarikan terhadap sesama jenis.
  • Anak sebaiknya memberitahu orang tua ketika hendak pergi keluar, mencantumkan informasi mengenai teman yang akan ditemui dan lokasi yang dikunjungi.
  • Peran orang tua sangat krusial dalam membimbing anak menuju masa depan yang cerah, di mana pengalaman orang tua menjadi sumber panduan yang sangat berharga bagi anak-anak mereka.

Bapak Kristiono menambahkan bahwa di Sekolah Siaga Kependudukan, selain melakukan pengintegrasian pendidikan kependudukan dan Keluarga Berencana ke dalam mata pelajaran, terdapat Pojok Kependudukan (population corner). Pojok tersebut berisi peta, tabel, grafik, poster, buku bergambar, brosur, dan bisa berbentuk mading atau digital. Ini bertujuan agar siswa tidak hanya memperoleh informasi tentang masalah kependudukan melalui proses belajar, tetapi juga dapat mendapatkannya melalui sumber informasi yang ada di pojok kependudukan di sekolah.

Memasuki sesi terakhir yaitu tanya jawab, siswa Indra XI-8 bertanya, “Bagaimana cara mengatasi rasa gugup saat presentasi atau dalam hubungan pacaran?” Bapak Kristiono menjawab bahwa kunci mengatasi gugup adalah memiliki mental yang kuat dan pengalaman yang cukup. Menurutnya, kecakapan seseorang dapat berkembang lebih baik dengan pengalaman yang lebih banyak. Bapak Kristiono juga mengemukakan bahwa gaya pacaran yang sehat melibatkan kegiatan seperti makan bersama, antar jemput, berkomunikasi, bermain bersama, pulang tepat waktu, dan menekankan untuk tidak berbohong kepada pasangan atau orang tua.

Oleh: Fidella Azmi Sofiana (Tim Jurnalistik)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.