Dorong Motivasi Belajar Peserta Didik, SMAN 2 Ungaran Laksanakan Asesmen Sumatif Akhir Semester sebagai Sekolah Penggerak

UNGARAN — Melansir laman guru.kemdikbud.go.id, penilaian atau asesmen sumatif pada jenjang pendidikan dasar dan menengah bertujuan untuk menilai pencapaian tujuan pembelajaran dan/atau capaian pembelajaran murid, sebagai dasar penentuan kenaikan kelas dan/atau kelulusan dari satuan pendidikan.

Hal ini diwujudkan oleh SMAN 2 Ungaran sebagai sekolah penggerak dengan melaksanakan Asesmen Sumatif Akhir Semester Ganjil Tahun Ajaran 2023/2024 pada 22 November 2023 sampai dengan 1 Desember 2023. Pelaksanaannya telah dipersiapkan matang-matang oleh pihak-pihak terkait dengan dibentuknya tim kepanitiaan, bahkan sejak beberapa pekan sebelumnya.

Diungkapkan salah seorang panitia asesmen, Ibu Dyah Rachman, “Kami diberi SK sejak Oktober. Persiapannya kurang lebih selama satu bulan.”

Selama masa itu, berbagai hal dilakukan oleh para panitia demi kelangsungan kegiatan yang rutin dilaksanakan setiap akhir semester. Termasuk menghimpun dan memeriksa naskah soal mata pelajaran yang akan diujikan serta lembar jawab yang telah dibuat sebelum masuk ke tahap pencetakan dan penggandaan oleh tim naskah; membuat, mencetak, dan mendistribusikan denah ruang, kartu meja, dan kartu peserta oleh tim penyelenggara; dan pengecekan kembali naskah-naskah soal beserta kelengkapannya (seperti lembar presensi) sebelum dibagikan kepada siswa dan setelah dikumpulkan dari siswa setiap harinya selama Asesmen Sumatif Akhir Semester berlangsung.

Setiap harinya, dua mata pelajaran berbeda akan diujikan secara bergantian selama 90 menit. Tampaknya memang tidak ada perbedaan signifikan dengan ujian-ujian pada umumnya yang biasa disebut dengan Ujian Akhir Semester, Penilaian Akhir Semester, atau lain sebagainya. Namun, dalam hal konsep, asesmen sumatif ini jelas berbeda dengan ujian-ujian akhir semester lainnya.

“Dalam Kurikulum Merdeka, kita mengenal dua macam asesmen: formatif dan sumatif. Asesmen formatif mencakup penugasan dan semacamnya, sedangkan asesmen sumatif biasanya dilakukan sebelum melanjutkan pembelajaran ke bab berikutnya. Nilai asesmen sumatif inilah yang kemudian akan diakumulasikan untuk dicantumkan dalam rapor siswa,” jelas Ibu Binawati, S.Pd., M.Si. ketika diwawancarai pada Jumat [24/11/2023] selepas bel berakhirnya waktu ujian dibunyikan.

Berbeda dengan asesmen formatif yang seharusnya tidak dimasukkan nilainya ke rapor, hanya sebagai evaluasi pembelajaran untuk mengukur kebutuhan pembelajaran bagi siswa dan guru. Nilai rapor seharusnya hanya mencakup akumulasi nilai asesmen sumatif. Karenanya, perlu juga bagi guru dan siswa untuk segera menyadari hal ini dan beradaptasi dengan meninggalkan kebiasaan-kebiasaan lama yang telah mengakar sejak sebelum menerapkan Kurikulum Merdeka.

Menurutnya, asesmen sumatif yang dilaksanakan di akhir semester sebetulnya tidak jauh berbeda dengan asesmen sumatif yang biasanya dilangsungkan selama jam pembelajaran di kelas seperti halnya ulangan harian. Sehingga ketika asesmen sumatif di akhir semester tiba, guru bisa saja hanya mengujikan materi dari bab yang belum sempat dilakukan asesmen sumatifnya ketika jam pembelajaran berlangsung, tidak melulu mengujikan keseluruhan materi yang telah dipelajari selama satu semester sebagaimana sistem ujian semester yang umum dikenal sebelumnya.

Bahkan asesmen sumatif yang dilakukan secara serentak di akhir semester ini boleh saja tidak dilaksanakan bila nilai asesmen sumatif telah terpenuhi seluruhnya selama kegiatan pembelajaran di kelas. Ibu Binawati selaku wakil kepala sekolah bidang kurikulum memaparkan, “Sebenarnya (asesmen sumatif akhir semester) tidak bersifat wajib,” terangnya. “Tetapi kami memutuskan untuk tetap melaksanakan (asesmen sumatif akhir semester) dengan mempertimbangkan besarnya manfaat yang akan diperoleh siswa maupun guru.”

Dengan begitu, asesmen sumatif akhir semester ini bisa menjadi momen yang tepat untuk menguji kemampuan siswa dalam hal kognitif (pengetahuan) maupun psikomotor (keterampilan). Selain itu, diharapkan siswa akan termotivasi untuk belajar lebih giat dengan atmosfer atau suasana yang tercipta selama pekan asesmen.

Tetapi guru yang kerap disapa Bu Bina oleh anak-anak didiknya ini masih amat menyayangkan sistem e-learning SMADA yang belum juga memungkinkan peralihan pelaksanaan asesmen secara digital. “Sistemnya belum bisa menampung (untuk digunakan siswa sejumlah ratusan di waktu yang bersamaan). Masih perlu pengembangan lebih lanjut, tetapi tentu perlu biaya lebih. Hal inilah yang masih kami usahakan agar pemerintah bisa membiayai.” Sebab, sebagai Sekolah Penggerak, SMAN 2 Ungaran sepatutnya bisa mewujudkan sekolah yang berbasis digital dengan menerapkan teknologi informasi dalam berbagai kegiatannya.

oleh Rosa Amalia (Tim Jurnalistik)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.